Manusia
mempunyai suatu sifat yang sulit dihilangkan dari kepribadiannya,
karena sudah membudaya dan mendarah daging secara turun temurun. Selalu
mendukung sesuatu yang merasa sama dengan dia, padahal pilihan
dukungannya itu adalah tidak lebih baik dari pada yang lain. Kasus ini
sering terlihat pada kehidupan sosial saat pemilihan suatu kedudukan
tertentu. Rasa ikatan adanya persamaan yang dianggap lebih baik
dijadikan pilihan untuk mencapai sesuatu.
Pemilihan
Umum atau yang biasa kita kenal dengan Pemilu merupakan suatu wadah
yang membuktikan adanya pilihan atas dasar persamaan yang digunakan
untuk mencapai hasrat pribadi bukan untuk tujuan umum. Masyarakat masih
cenderung mengutamakan persamaan keyakinan/kepercayaan untuk membuat
suatu pilihan. Tujuan akhir dilakukannyaa pemilihan menjadi
terpinggirkan karena timbulnya rasa egois dan tidak peduli.
Indonesia
yang kaya akan beragam agama, budaya, bahasa dan yang lainnya menjadi
faktor utama terjadinya pemilihan berdasarkan adanya kesamaan. Kegiatan
Pemilu yang dilakukan untuk memilih pemimpin atau wakil rakyat yang
berpihak kepada rakyat dan berani mengambil resiko demi tercapainya
cita-cita bangsa, menjadi tujuan kedua bagi sebagian masyarakat. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan diantara yang akan dipilih dan pemilih
yaitu agama. Adanya persamaan agama menjadi pilihan utama baginya.
Perbedaan
agama dijadikan alasan utama untuk menyingkirkan tujuan Pemilu,
sehingga hasil akhir dari pemilu menjadikan kekecewaan bagi banyak
masyarakat karena tidak sesuai dengan harapan awal. Seseorang calon yang
akan dipilih yang sebenarnya bisa menjadi jalan dan berpihak bagi
masyarakat, tidak terpilih karena adanya perbedaan agama diantara yang
dipilih dengan pemilih. Sangat disayangkan ketika hal ini masih terjadi
di Indonesia khususnya untuk Pemilu tahun ini (2014).
Perbedaan
agama seharusnya bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan khususnya
dalam Pemilu. ketika kita suda meyakinkan seseorang menjadi wakil kita
dalam pemerintahan walaupun dia berbeda agama, merupakan langkah yang
tepat dibandingkan dengan ketika kita memilih orang yang sama dengan
agama kita tetapi kita tidak mempercayainya sebagai wakil kita.
Keterpaksaan memilih sesuatu yang sebenarnya bukan pilihan kita hanya
karena perbedaan agama akan menimbulkan suatu keadaan yang tidak
diharapkan. Sangat disayangkan ketika apa yang kita harapkan kepada
sesorang yang menjadi pilihan kita tidak sesuai.
Indahnya
kebersamaan diantara umat yang berbeda agama memang sangat sulit
diciptakan dalam kepribadian ketika bersosialisasi dengan umat lain
sudah dianggap tabu dan tidak terlalu penting. Kejadian seperti ini
sering terjadi dalam suatu wilayah yang mempunyai masyarakat yang
agamanya mayoritas. Menjalin hubungan dengan agama minoritas dianggap
tidak terlalu penting karena merasa tidak mempunyai manfaat yang nyata.
Kerukunan
antar umat beragama adalah awal untuk menghilangkan sifat yang sudah
mendarah daging bagi sebagian masyarakat. Jika diantara agama yang
berbeda saling hidup rukun, maka kondisi seperti ini tidak akan terjadi
dan masyarakat bisa menikmati hasil Pemilu dengan baik. Pilihan dengan
menggunakan rasa adanya persamaan antara pemilih dan yang akan dipilih
menjadi hal yang dikesampingkan karena adanya hidup rukun. Hidup rukun
adalah awal terciptanya kepercayaan antara satu dengan yang lain dan
akan membawakan kedamaian diantaranya.
Semua
agama di mata Tuhan adalah sama, hanya manusia yang membeda-bedakannya.
Indonesia akan lebih maju apabila masyarakat menyadari pentingnya
menjaga keharmonisan diantara umat beragama. Memilih pemimpin haruslah
lebih cermat dan teliti, jika memang orang yang akan dipilih adalah
mereka yang bukan satu kepercayaan dengan kita tetapi bisa memberikan
yang terbaik kepada kita, tidak ada salahnya itu yang menjadi pilihan
kita. Jangan memaksakan sesuatu jika itu bukanlah yang kita inginkan.
Hilangkanlah sifat yang telah tertanam secara turun temurun itu. Mari
satukan suara demi kepentingan bangsa, siapa yang terbaik itulah yang
akan kita pilih walaupun dia berbeda agama dengan kita.