..

Selasa, 15 Mei 2012

Kapasitas Asimilasi

Kapasitas Asimilasi


Pencemaran  terhadap  sumber  daya  air  terjadi  sejak  lama  baik  di  laut, danau maupun sungai.  Situasi tersebut memberikan tekanan yang sangat besar terhadap  lingkungan  pesisir  khususnya  dalam  penurunan  kualitas  lingkungan, keanekaragaman  hayati,  hilangnya  suatu  habitat,  dan  pada  akhirnya  terjadi penurunan  kualitas  hidup  penduduk  yang  mendiaminya  (Herrera-Silveira  dan Morales-Ojeda, 2009). 

Terdapat beberapa sumber pencemaran bagi lingkungan perairan yaitu limbah industri dan limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga ini akan terus bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk di suatu wilayah. Air limbah  domestik  dapat  meningkatkan  organisme  patogen,  nutrien,  dan  beban organik  pada  ekosistem  pesisir  sehingga  mengurangi  kualitas  air  dan  sedimen (Putnam et al., 2010).

Pengelolaan limbah rumah tangga sangat membutuhkan perhatian khusus demi keberlanjutaan ekosistem dan upaya menjaga kualitas lingkungan. Terlebih pengelolaan  limbah  tersebut  apabila  dilakukan  di  pulau  kecil.  Hal  tersebut dikarenakan  pulau-pulau  kecil  merupakan  wilayah  yang  memiliki  luas  sangat terbatas  sehingga  sangat  terbatas  pula  dalam  menerima  limbah.  

untuk mencegah terjadinya pencemaran air perlu dilakukan  upaya  pengendalian.  Salah  satu  upaya  untuk  mencegah  terjadinya pencemaran perairan adalah memelihara perairan agar tetap memiliki kemampuan untuk mereduksi dan membersihkan bahan pencemar yang masuk ke dalamnya. Upaya  ini  diantaranya  berupa  pengaturan  jumlah  bahan  pencemar  yang  boleh dibuang ke perairan, namun sebelum sampai pada kebijakan pengaturan jumlah pencemar  yang  boleh  dibuang  pada  perairan,  kita  harus  mengetahui  terlebih dahulu seberapa besar kapasitas asimilasi dari perairan itu sendiri.

Kapasitas asimilasi adalah sebagai kemampuan  air  atau  sumber  air  dalam  menerima  pencemaran  limbah  tanpa menyebabkan   terjadinya   penurunan   kualitas   air   yang   ditetapkan   sesuai peruntukkannya, dengan diketahuinya kapasitas asimilasi maka dapat diketahui kualitas suatu perairan dan sekaligus dapat ditentukan jumlah beban pencemaran yang boleh dibuang ke dalam perairan, sehingga perairan dapat mereduksi limbah pencemar tersebut dan tetap terpelihara dari pencemaran.

Konsentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan mengalami 3 macam fenomena yaitu pengenceran (dillution), penyebaran (dispersi) dan reaksi penguraian (decoy of reaction). Pengenceran terjadi pada arah vertikal ketika air limbah sampai di permukaan air. Peristiwa pengenceran pada permukaan perairan akan tercapai karena gelombang. 

setelah memasuki perairanpesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor ataubeberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut
  1. terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut
  2. dipekatkanmelalui a. proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh mangsanya, b. proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan, pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap di dasar perairan
  3. terbawalangsung oleh arus dan biota (ikan).

Tingkat pencemaran atau pencampuran bahan organik dan anorganik yang masuk ke dalam perairan sungai, danau, estuari dan laut adalah berbeda karena kondisi hidrodinamika yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut berkaitan dengan model percampuran (mixing) dan penyebaran (dispersion) suatu bahan, yang berhubungan dengan kadar bahan pencemar, laju penguraian dan laju reaerasi.

Untuk menentukan kualitas air terhadap konsentrasi logam dalam air sangat sulit, karena erat hubungannya dengan partikel tersuspensi yang terlarut di dalamnya. Logam-logam dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion itu ada yang merupakan ion-ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya.

pH akan mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan, dalam hal ini kelarutan logam berat akan lebih tinggi pada pH rendah, sehingga menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar. Nilai pH pada perairan Sungai Kampar menunjukkan bahwa dari hulu sampai hilir terjadi penurunan nilai pH dari 6 4,5. Kenaikan pH pada badan perairan biasanya akan diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa logam tersebut. Umumnya pada pH yang semakin tinggi, maka kestabilan akan bergeser dari karbonat ke hidroksida. Hidroksida-hidroksida ini mudah sekali membentuk ikatan permukaan dengan partikel-partikel yang terdapat pada badan perairan. Lama-kelamaan persenyawaan yang terjadi antara hidroksida dengan partikel-partikel yang ada di badan perairan akan mengendap dan membentuk lumpur.

Salinitas juga dapat mempengaruhi keberadaan logam berat di perairan, bila terjadi penurunan salinitas maka akan menyebabkan peningkatan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa pada bagian hulu dan sekitar pabrik yang nilai salinitas nya 0 memperlihatkan bahwa kandungan logam berat Pb dan Cd yang tinggi dibandingkan pada perairan disekitar muara Sungai Kampar yang memiliki nilai salainitas 0,5.

Suhu perairan mempengaruhi proses kelarutan akan logam-logam berat yang masuk ke perairan. Dalam hal ini semakin tinggi suatu suhu perairan kelarutan logam berat akan semakin tinggi. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara. 

Tingkah laku logam-logam di dalam badan perairan juga dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi antara air dengan sedimen (endapan). Keadaan ini terutama sekali terjadi pada bagian dasar dari perairan. Dalam hal ini pada dasar perairan, ion logam dan kompleks-kompleksnya yang terlarut dengan cepat akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar, apabila terjadi kontak dengan permukiman partikulat yang melayang-layang dalam badan perairan. Partikel-partikel tersebut terbentuk dengan bermacam-macam bentuk ikatan permukaan (Palar, 2004). 

Pada dasar perairan tidak terjadi pengikatan antara ion-ion logam dengan substrat berpasir tersebut, dan dengan nilai padatan tersuspensi yang lebih rendah .Ion-ion logam yang masuk ke badan perairan berikatan dengan partikel-partikel tersuspensi dengan nilai kandungan TSS yang tinggi dibandingkan pada dua stasiun lainnya yang ada dalam badan perairan dan membentuk ikatan kompleks yang terlarut dan mengendap di dasar perairan yang memiliki substrat berlumpur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar